Review Film Alita: Battle Angel

Minggu, 03 Februari 2019 - 19:06 WIB
Review Film Alita: Battle Angel
Review Film Alita: Battle Angel
A A A
JAKARTA - Alita: Battle Angel adalah salah satu proyek paling ambisius James Cameron. Dia membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mendapatkan lisensi pembuatan film ini dari penulis manga Gunnm—yang menjadi dasar film ini—Yukito Kishiro. Tak hanya lisensi, James juga butuh waktu panjang untuk mengembangkan cerita dan teknologi yang ingin dia pakai di film ini.

Proyek ini kali pertama diumumkan pada 2003. Namun, James kemudian menundanya untuk menggarap Avatar, yang pada 2009 menjadi film paling laris sepanjang sejarah. James mengklaim, Avatar adalah uji cobanya terhadap teknologi yang ingin dia pakai pada Alita: Battle Angel. Namun, James kemudian mundur sebagai sutradara film ini dan digantikan oleh Roberto Rodriguez.

Alita: Battle Angel ber-setting di masa depan. Ketika itu, Bumi sudah porak poranda akibat perang antara kota langit dengan Republik Planet Mars (RPM). Satu-satunya kota langit yang masih tersisa adalah Zalem.

Dr Dyson Ido (Christopher Waltz) adalah seorang dokter yang sering menangani pasien cyborg dan tak jarang pergi ke tempat pembuangan rongsokan di Iron City. Suatu hari, dia menemukan sebuah kepala utuh tanpa badan. Dia membawa pulang kepala itu dan memberinya tubuh. Gadis cyborg itu kemudian dia beri nama Alita.

Alita terbangun dari tidur panjangnya karena Ido. Namun, dia tidak ingat apa pun. Dia bahkan tidak tahu apa yang terjadi padanya dan bahkan nama aslinya. Namun, Ido tidak mempersoalkannya.

Dia pun segera mempelajari apa pun yang ada di lingkungan sekitarnya. Dia lantas berkenalan dengan Hugo (Keean Johnson), seorang pemuda yang juga kenal dengan dokter Ido. Dia sangat suka bermain motorball. Lewat Hugo pulalah, Alita tertarik dengan motorball.

Alita kemudian mulai curiga dengan gerak gerik Ido yang sering keluar di waktu malam. Tak jarang, ketika pulang, ada luka di tubuhnya. Alita mencoba menanyakan hal itu, tapi Ido mengacuhkannya. Alita pun jadi curiga kepada Ido. Suatu malam, dia mengikuti Ido dan melihatnya hendak menyerang seorang wanita. Ternyata, wanita itu adalah cyborg yang menjadi buronan di Iron City. Alita kemudian membantu Ido dan di saat itulah, dia mengenal cyborg kuat bernama Grewishka.

Ido kemudian memperkenalkan Alita pada dunia Pemburu Ksatria, yang menjadi ganti polisi di masa itu. Di situ, Alita mengenal Zapan (Ed Skrein) yang memiliki senjata berupa pedang bernama Damascus Blade. Alita kemudian menjadi seorang Pemburu Ksatria untuk memburu Grewishka.

Di saat yang sama, Alita tidak tahu bahwa Grewishka bekerja untuk Vector (Mahershala Ali), suruhan Nova, pengusaha Zalem. Vector dibantu seorang dokter bernama Chiren (Jennifer Connoly) yang merupakan mantan istri Ido. Vector/Nova kemudian menyuruh Grewishka untuk membunuh Alita.

Pelan-pelan, Alita pun tahu siapa dirinya. Meski tidak sepenuhnya ingat, tapi ada kepingan-kepingan memori yang hadir di kepalanya ketika dia sedang berkelahi. Ido pun mulai membuka siapa jati diri Alita sesungguhnya. Dan, inilah yang membuatnya diburu Vector.

Secara visual, Alita: Battle Angel menawarkan pengalaman menarik untuk menonton aksi animasi dalam bentuk yang nyaris mirip dengan manusia nyata. Sosok Alita yang disulihsuarakan Rosa Salazar adalah hasil gambar animasi, bukan diperankan oleh aktris asli. Ini membuat sosok Alita ini mirip sebagai cyborg. Dia bisa bergerak luwes seperti manusia, tapi pada awalnya kaku seperti robot setelah dia dibangunkan dari tidurnya.

Pertandingan motorball yang dihadirkan di film ini pun sangat seru. Pertandingan antarcyborg yang ditampilkan terasa sangat nyata dan minim cacat. Efek-efek visual menambah keseruan pertandingan yang menjadi perburuan hidup dan mati Alita ini. Motorball adalah salah satu titik utama yang diangkat James untuk film ini. Pertandingan ini memang menjadi salah satu daya tarik manga Gunnm.

Adegan pertempurannya pun sangat mengasyikkan untuk disimak. Alita akan menjadi satu-satunya orang yang mampu melawan hampir semua orang di film ini dengan tangan kosong. Teknologi yang ada padanya serta latihan yang pernah dia jalani di masa lalu menjadi inti kekuatannya. Tak heran jika film ini akan tambah menarik jika dinikmati di studio dengan teknologi 3D atau IMAX. Semua adegan akan terasa nyata di depan mata.

Namun, jalinan cerita yang ditampilkan di film ini membuatnya menjadi agak tidak menarik. Robert sepertinya harus tertatih-tatih menjahit skenario adaptasi layar lebar yang ditulis James dan Laeta Kalogridis di film ini. Akibatnya, Alita: Battle Angel terasa seperti potongan-potongan adegan yang disambung dengan sangat terpaksa dengan jahitan yang terasa kasar. Kadang terlalu lambat, tapi kadang terlalu cepat. Ada beberapa bagian yang terasa dipaksakan.

Satu lagi kekurangan film ini adalah kurangnya pengenalan pada latar belakang cerita. Tak banyak yang bisa didapatkan penonton tentang siapa itu Nova, atau pun siapa sebenarnya Vector. Apakah dia orang suruhan Nova atau hanya pemilik pabrik di Iron City yang kemudian dipekerjakan Nova.

Alita: Battle Angel akan bisa dinikmati di bioskop kesayangan Anda mulai Selasa (5/2/2019). Selamat menyaksikan!
(alv)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6876 seconds (0.1#10.140)